Kesehatan Remaja membutuhkan perhatian khusus terkait fisik dan mental sebab remaja merupakan fase kritis dalam kehidupan. Remaja, dengan dinamika dan potensi khususnya, memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk dan memperkaya sumber daya manusia suatu negara. Oleh sebab itu kesehatan remaja.
Dalam konteks pembangunan sumber daya manusia, kontribusi remaja bukan hanya sebagai penerima ilmu, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial dan ekonomi yang memiliki dampak jangka panjang. Artikel ini akan menjelaskan peran krusial remaja dalam mengisi fondasi pembangunan sumber daya manusia.
Agensi Perubahan Sosial:
Remaja dianggap sebagai pionir perubahan sosial. Energi, semangat, dan pandangan yang revolusioner membuat mereka mampu membawa inovasi dan ide segar ke dalam masyarakat. Dengan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap teknologi dan perubahan global, remaja berpotensi menjadi katalisator perubahan positif, membantu masyarakat menyesuaikan diri dengan tantangan zaman.
Pendidikan sebagai Fondasi:
Pendidikan memegang peran sentral dalam pembangunan sumber daya manusia, dan remaja berada di puncak tahap pembelajaran. Investasi dalam pendidikan remaja bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga pengembangan keterampilan dan nilai-nilai yang akan membentuk karakter mereka. Remaja yang terampil secara intelektual dan emosional akan menjadi tulang punggung masyarakat berpendidikan.
Tenaga Kerja Berkualitas:
Melalui pendidikan dan pelatihan yang sesuai, remaja menjadi tulang punggung tenaga kerja berkualitas. Kemampuan mereka untuk beradaptasi, berinovasi, dan bekerja sama dapat meningkatkan produktivitas ekonomi. Dengan demikian, peran remaja dalam menciptakan tenaga kerja yang terampil dan dinamis mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pembentukan Karakter dan Etika:
Pembentukan karakter dan nilai moral pada remaja menjadi pondasi etika dalam masyarakat. Melalui pengajaran nilai-nilai seperti tanggung jawab, integritas, dan kerja keras, remaja dapat tumbuh menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Kontribusi mereka dalam memperkuat moralitas sosial sangat penting untuk membangun masyarakat yang adil dan beradab.
Pemberdayaan Komunitas:
Remaja yang terlibat dalam kegiatan sosial dan komunitas dapat menjadi kekuatan pendorong pembangunan lokal. Melalui proyek-proyek kecil, inisiatif sosial, dan partisipasi aktif dalam pembangunan komunitas, remaja tidak hanya mengembangkan keterampilan kepemimpinan tetapi juga menciptakan dampak positif yang dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Dalam kesimpulannya, peran remaja dalam pembangunan sumber daya manusia tidak dapat diabaikan. Investasi pada pendidikan, pemberdayaan, dan pembentukan karakter remaja adalah langkah kunci menuju masyarakat yang berpendidikan, terampil, dan beretika. Dengan memberikan perhatian dan dukungan pada generasi muda, suatu negara dapat memastikan kelangsungan pembangunan sumber daya manusia yang berkelanjutan dan berdaya saing.
Perkembangan Psikologis Remaja
Remaja, dengan dinamika psikologisnya yang unik, mengalami perubahan yang signifikan selama fase perkembangannya. Dari awal masa remaja hingga akhirnya memasuki dewasa, berikut adalah gambaran perkembangan psikologis remaja dari berbagai usia dikutip dari jurnal Masalah Kesehatan Remaja.
1. Remaja Dini (Usia 10-13 Tahun)
Dalam tahap perkembangan ini, anak baru memasuki masa pubertas. Terjadi perubahan-perubahan pada fisik pada tubuh yang sedang berkembang Perkembangan hubungan sosial juga mulai keluar dari radius keluarga, dimana anak mulai berkonsentrasi pada hubungan dengan teman. Beberapa dampak dari perkembangan psikologis di tahap ini adalah :
- Mulai bertanya-tanya tentang normalitas kematangan fisik, sering kali terlalu memikirkan tahapan perkembangan seksual dan bagaimana proses tersebut berhubungan dengan teman-teman sesama jenis.
- Rasa tanggung jawab mulai muncul terutama untuk berkonsultasi dengan orang tua, kunjungan ke orang tua, kunjungan medis, kontak dengan konselor sekolah.
- Pemikiran yang konkrit mengharuskan berhubungan dengan situasi kesehatan secara sederhana dan mudah melalui penggunaan alat bantu visual dan verbal.
2. Remaja Pertengahan (Usia 14-16 Tahun)
Dalam tahap perkembangan ini, perkembangan pubertas sudah lengkap dan mulai muncul dorongan-dorongan seksual. Dalam hubungan pertemanan akan mengakibatkan tumbuhnya standar-standar perilaku, meskipun nilai-nilai keluarga masih tetap bertahan. Dapat menimbulkan masalah yang bertentangan dalam hal kebebasan. Dampak psikologis dari hal tersebut antara lain :
- Mencari kemampuan untuk menarik lawan jenis. Perilaku dan eksperimen seksual (dengan sejenis maupun lawan jenis) mulai muncul.
- Hubungan pertemanan sering kali membantu dan mendukung dalam kegiatan seperti kunjungan medis.
- Pemikiran tentang kebebasan mulai meningkat, namun masih membutuhkan dukungan dan bimbingan orang tua serta dapat berdiskusi dan menegosiasikan perubahan peraturan.
- Dalam diskusi dan negosiasi, remaja sering kali tampil ambivalen.
- Mulai mempertimbangkan berbagai tanggung jawab untuk banyak hal, tetapi untuk kemampuannya berintegrasi dengan kehidupan sehari-hari masih buruk karena identitas ego belum terbentuk sepenuhnya dan pertumbuhan kognitif belum terjadi lengkap.
3. Remaja Akhir (usia 17-21 tahun)
Dalam tahap perkembangan ini, kematangan fisik sudah lengkap, penentuan peran jenis kelamin sudah mapan. Hubungan-hubungan sudah tidak lagi narsistik serta adanya proses saling berbagi. Idealistis dan peran fungsional mulai terlihat nyata. Dampak dari perubahan psikologis dalam tahap ini adalah :
- Remaja mulai merasa nyaman menjalin hubungan dan keputusan tentang seksualitas dan preteransi. Mulai menonjolnya hubungan individual daripada hubungan dengan kelompok.
- Lebih terbuka terhadap pertanyaan spesifik mengenai perilaku.
- Idealisme dapat menimbulkan konflik dengan keluarga.
- Mulai lebih memahami konsekuensi dari tindakannya.
- Memiliki ketertarikan pada diskusi mengenai tujuan hidup.
- Sebagian besar mampu memahami permasalahan mengenai kesehatan
Masalah Medis Pada Kesehatan Remaja
Wasting (Terlalu Kurus)
Wasting ini berbeda dengan stunting. Bedanya pada penderita wasting hanya berat badan saja yang kurang, namun tinggi badannya normal. Wasting juga terjadi dalam waktu singkat. Misalnya, berat badan anak turun drastis karena diare atau penyakit menular lainnya, atau kurang makan. Oleh karena itu, jika wasting cepat diatasi, berat badan anak bisa kembali normal.
Obesitas (Kelebihan Berat Badan)
Obesitas merupakan suatu kondisi dimana lemak menumpuk di dalam tubuh karena jumlah kalori yang dikonsumsi lebih banyak dibandingkan yang dibakar. Dampak kesehatan dari obesitas cukup serius: diabetes tipe 2, penyakit jantung, asma, dan penyakit hati. Bukan hanya masalah medis saja, kondisi ini juga bisa menyerang secara psikologis. Penderitanya mungkin mengalami kecemasan, depresi, kehilangan kepercayaan diri dan intimidasi. Konsumsi makanan dan minuman berkalori tinggi, rendah nutrisi, serta kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor risikonya.
Anemia
Anemia yang terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat merupakan masalah kesehatan yang terus melanda remaja di Indonesia, khususnya remaja putri. Angka kejadiannya masih cukup tinggi. Anemia perlu diwaspadai, terutama pada remaja putri, karena berisiko menimbulkan gangguan kesehatan lainnya.
Kecanduan Rokok
Kebanyakan perokok mulai merokok pada usia remaja. Pasalnya, masa remaja seringkali menjadi kesempatan bereksperimen yang akhirnya berubah menjadi kecanduan. Pada kenyataannya, hal ini menyembunyikan banyak bahaya kesehatan. Misalnya kelainan paru-paru, kanker, penyakit jantung, asma, dan lain-lain.
Diabetes
Remaja memiliki kecenderungan mengidap diabetes karena gaya hidup dalam mengkonsumsi makanan tinggi gula dan makanan cepat saji. Selain itu kebiasaan bermain ponsel dan kurang bergerak dibandingkan berolahraga juga dapat menjadi pemicu penyakit diabetes.
Infeksi Seksual Menular
Rasa ingin tahu remaja membuat mereka berisiko terkena infeksi menular seksual. Mereka seringkali tidak memahami perilaku seksual yang aman dan tidak terlalu memahami risiko penularan penyakit menular seksual. Di sisi lain, membicarakan seks dengan anak masih dianggap tabu bagi sebagian orang tua. Padahal, edukasi mengenai hal tersebut tetap diperlukan agar mereka tidak terjerumus ke dalam perilaku seksual berbahaya.
Baca juga : Faktor Penyebab Obesitas Pada Remaja
Masalah Mental Pada Kesehatan Remaja
Gangguan Kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan masalah kesehatan mental yang banyak menyerang remaja. Kecemasan pada masa remaja biasanya terjadi akibat perubahan penampilan, kekhawatiran terhadap citra tubuh, ketakutan tidak diterima dalam lingkungan sosial, dan konflik kemandirian. Remaja dengan gangguan kecemasan biasanya menunjukkan rasa malu, cemas, gugup, dan stres yang ekstrim. Jika tidak ditangani, hal ini akan mengganggu kehidupan sosial dan aktivitas akademik anak.
Gangguan Emosi
Gangguan emosi umumnya muncul pada masa remaja. Selain depresi atau kecemasan, remaja dengan gangguan emosi mungkin mengalami sifat mudah tersinggung, frustrasi, atau kemarahan yang berlebihan. Selain gejala psikis, gangguan emosi juga bisa menimbulkan gejala fisik, seperti sakit perut, sakit kepala, atau mual. Gangguan emosional dapat mempengaruhi prestasi akademik secara signifikan. Jika tidak segera ditangani, remaja yang menderita gangguan emosi bisa mengalami gejala yang lebih buruk, seperti penarikan diri dan bahkan pikiran untuk bunuh diri.
Masalah Perilaku
Masalah perilaku pada masa kanak-kanak merupakan penyebab kedua gangguan jiwa pada remaja. Gangguan perilaku pada masa kanak-kanak antara lain ADHD yang memiliki gejala seperti kesulitan berkonsentrasi, dan gangguan tingkah laku yang ditandai dengan perilaku destruktif atau menantang. Masalah perilaku tersebut juga mempengaruhi prestasi akademik dan menimbulkan risiko perilaku kriminal pada remaja.
Gangguan Makan
Gangguan makan biasanya muncul pada masa remaja dan awal masa dewasa dan lebih sering menyerang wanita dibandingkan pria. Contoh gangguan makan pada remaja adalah anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan gangguan makan akibat pembatasan kalori atau makan berlebihan. Gangguan makan menimbulkan risiko kesehatan yang berbahaya dan sering kali terjadi bersamaan dengan depresi, kecemasan, atau penyalahgunaan zat.
Psikosis
Gejala psikosis yang biasanya muncul pada masa remaja akhir atau awal masa dewasa antara lain halusinasi atau delusi. Gejala-gejala tersebut mengganggu kemampuan remaja dalam berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari dan mempengaruhi prestasi akademik. Psikosis juga dapat menimbulkan stigma negatif di masyarakat atau melanggar hak asasi manusia.
Gangguan Kepribadian Ambang
Gangguan mental ini mempengaruhi antara 1- 3 persen remaja dan dewasa muda. Meskipun biasanya tidak terdiagnosis sampai usia 18 tahun, gejalanya dapat muncul pada masa remaja. Gangguan kepribadian ambang muncul dengan gejala seperti kemarahan, depresi, kecemasan, dan perubahan suasana hati yang intens. Remaja yang menderita gangguan jiwa ini sangat sensitif terhadap penolakan dan rasa takut ditinggalkan, oleh karena itu mereka biasanya menuntut perhatian. Selain itu, mereka juga mungkin melakukan hal-hal yang impulsif, seperti melukai diri sendiri, merokok, dan melakukan hubungan seks bebas.
Menyakiti Diri Hingga Bunuh Diri
Ada beberapa faktor yang dapat memicu perilaku bunuh diri pada remaja. Misalnya, penggunaan alkohol yang berbahaya, kekerasan terhadap anak, dan hambatan dalam mengakses layanan kesehatan mental. Selain itu, media sosial kini juga menjadi penyebab utama bunuh diri di kalangan remaja. Pasalnya, jejaring sosial menuntut banyak hal dari remaja, seperti citra diri dan kehidupan konsumeris secara umum.
Perilaku Berisiko
Remaja juga rentan melakukan perilaku berisiko. Misalnya saja melakukan hubungan seks dini, merokok, meminum alkohol, bahkan menyalahgunakan narkoba. Semua ini hanyalah selingan untuk melupakan masalah. Jika tidak segera ditangani, perilaku ini dapat berdampak pada prestasi akademis, keterlibatan dalam kejahatan, dan bahkan kematian.