Kesehatan

Hubungan Tidur Berkualitas dengan Tekanan Darah pada Lansia

tidur berkualitas

Perubahan pola tidur merupakan salah satu aspek yang umum terjadi pada lansia. Proses penuaan dapat memengaruhi struktur dan tidur berkualitas.

Perubahan Pola Tidur pada Lansia

Beberapa perubahan pola tidur pada lansia melibatkan:

1. Insomnia

Lansia mungkin mengalami kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur (insomnia). Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan hormon, nyeri kronis, atau efek samping obat-obatan.

2. Perubahan Struktur Tidur

Ada kecenderungan untuk mengalami perubahan dalam struktur tidur, seperti peningkatan waktu tidur ringan dan penurunan waktu tidur mendalam. Lansia mungkin juga mengalami lebih banyak interupsi tidur di malam hari.

3. Perubahan Siklus Tidur

Siklus tidur REM (Rapid Eye Movement) dapat menjadi lebih pendek pada lansia, dan mereka mungkin menghabiskan lebih sedikit waktu dalam fase tidur REM. Ini bisa berkontribusi pada perasaan kurang segar setelah bangun tidur.

4. Perubahan Waktu Tidur

Lansia cenderung tidur lebih awal di malam hari dan bangun lebih awal di pagi hari. Fenomena ini dikenal sebagai pergeseran waktu tidur ke arah yang lebih awal (advanced sleep phase syndrome).

5. Kesulitan Menjaga Tidur

Lansia mungkin mengalami kesulitan untuk tetap tertidur setelah terbangun di tengah malam. Pada beberapa kasus, mereka bisa mengalami tidur terputus-putus.

6. Peningkatan Frekuensi Bangun Malam Hari

Lansia dapat lebih sering bangun di malam hari, baik untuk berkemih, merasa tidak nyaman, atau karena faktor-faktor lain.

7. Peningkatan Pagi Hari Aktivitas

Aktivitas fisik dan mental pada pagi hari dapat meningkat pada lansia, sedangkan aktivitas pada malam hari dapat berkurang.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan pola tidur pada lansia meliputi perubahan hormon, penyakit kronis, obat-obatan, nyeri, depresi, dan gangguan pernapasan tidur seperti sleep apnea.

Alasan Usia Berpengaruh pada Kualitas Tidur

tidur berkualitas

Usia dapat berpengaruh signifikan pada tidur berkualitas karena sejumlah perubahan fisiologis dan perilaku yang terjadi selama penuaan. Beberapa alasan utama mengapa usia memengaruhi kualitas tidur melibatkan:

  1. Perubahan Hormon: Hormon tertentu, seperti melatonin, yang mengatur siklus tidur dan bangun, dapat mengalami perubahan seiring bertambahnya usia. Produksi melatonin dapat menurun, mempengaruhi ritme sirkadian atau jam biologis internal yang mengatur pola tidur.
  2. Perubahan Struktur dan Kualitas Tidur: Struktur tidur dapat berubah, termasuk penurunan waktu tidur mendalam (tidur gelombang lambat) dan peningkatan waktu tidur ringan. Ini bisa menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap gangguan tidur dan interupsi tidur di malam hari.
  3. Perubahan Pola Tidur: Lansia cenderung tidur lebih awal di malam hari dan bangun lebih awal di pagi hari. Ini disebut sebagai pergeseran waktu tidur ke arah yang lebih awal atau advanced sleep phase syndrome.
  4. Peningkatan Kesulitan Tidur (Insomnia): Banyak lansia mengalami kesulitan untuk tertidur atau tetap tertidur (insomnia) karena berbagai faktor, termasuk stres, kekhawatiran, atau penyakit kronis.
  5. Perubahan Pada Organ Tubuh: Beberapa organ tubuh, seperti ginjal, hati, dan paru-paru, dapat mengalami perubahan fungsional yang dapat memengaruhi kenyamanan dan kualitas tidur.
  6. Penurunan Produksi Hormon Pertumbuhan: Penurunan produksi hormon pertumbuhan yang terjadi seiring bertambahnya usia dapat memengaruhi pemulihan dan regenerasi sel, termasuk sel-sel yang terlibat dalam kualitas tidur.
  7. Peningkatan Risiko Penyakit Kronis: Penuaan seringkali disertai dengan peningkatan risiko penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, atau penyakit pernapasan, yang dapat memengaruhi kualitas tidur.
  8. Gangguan Pernapasan Tidur: Lansia lebih rentan terhadap gangguan pernapasan tidur, seperti sleep apnea, yang dapat mengganggu pola tidur dan menyebabkan interupsi tidur di malam hari.
  9. Efek Samping Obat-obatan: Pada usia lanjut, seseorang mungkin lebih mungkin mengonsumsi obat-obatan untuk mengelola kondisi kesehatan tertentu. Beberapa obat-obatan dapat memiliki efek samping seperti gangguan tidur.

Meskipun perubahan ini adalah bagian normal dari penuaan, bukan berarti bahwa kualitas tidur yang buruk harus diterima sebagai sesuatu yang tak terhindarkan. Ada banyak strategi yang dapat membantu meningkatkan kualitas tidur pada lansia, termasuk menjaga rutinitas tidur yang teratur, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, dan mengelola kondisi kesehatan yang mungkin mempengaruhi tidur. Jika masalah tidur persisten, konsultasikan dengan profesional kesehatan adalah langkah yang baik untuk evaluasi lebih lanjut dan perencanaan perawatan yang sesuai.

Hubungan Kualitas Tidur pada Tekanan Darah

tidur berkualitas

Kualitas tidur dapat memiliki dampak yang signifikan pada tekanan darah. Hubungan antara kualitas tidur dan tekanan darah telah menjadi fokus penelitian, dan beberapa temuan menunjukkan bahwa kurang tidur atau tidur yang buruk dapat berkontribusi pada peningkatan risiko hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada lansia hipertensi. Semakin tinggi nilai kualitas tidur dari kuisioner yang ada, maka semakin tinggi pula tekanan darah lansia hipertensi.

1. Semakin Buruk Kualitas Tidur Maka Semakin Rentan Seseorang Mengalami Peningkatan Tekanan Darah

Peneliti mengasumsikan jika semakin buruk kualitas tidur maka semakin rentan seseorang mengalami peningkatan tekanan darah, begitu juga sebaliknya.

2. Disebabkan oleh Saraf Simpatik

Tidur merupakan aktivitas melibatkan berbagai sistem tubuh seperti saraf, endokrin, kardiovaskuler, respirasi, dan system musculoskeletal. Tidur mengubah fungsi saraf otonom dan peristiwa fisiologis lainnya yang mempengaruhi tekanan darah. Selama tidur normal terjadi penurunan tekanan darah relative selama terjaga. Penurunan ini disebabkan oleh saraf simpatik yang mengakibatkan terjadi penurunan 10-20% dari tekanan darah normal selama terjaga.

3. Aktivasi Sumbu Hypothalamic-pituitary-adrenal dan System Saraf Simpatik

Sebaliknya jika setiap penurunan tekanan darah secara normal yang terjadi saat seseorang tidur tidak terjadi, maka kemungkinan 20% akan meningkatkan tekanan darah, keadaaan ini terjadi akibat aktivasi sumbu hypothalamic-pituitary-adrenal dan system saraf simpatik yang terlihat pada penderita insomnia dan menyebaban kerentanan terhadap peningkatan tekanan darah/hipertensi.

4. Gangguan Tidur dan Durasi Tidur Pendek

Jika orang dengan gangguan tidur dan durasi tidur pendek, didapati kemungkinan terbesar terjadi
hipertensi sedikit lebih besar dua kali pada orang dengan tanpa masalah tersebut. Hubungan ini kemungkinan merupakan hasil dari mekanisme biologis, menunjukkan bahwa kurang tidur dapat mengubah hormon stress kortisol dan sistem saraf simpatik, sehingga terjadi peningkatan tekanan darah, ditambah apalagi memang seseorang itu mengalami stress dan kondisi kecemasan yang berlebih, misalnya akibat penyakit dan masalah yang dialami.

5. Mengganggu Irama Sirkadian Tubuh

Meskipun tidak secara signifikan ada hubungan antara kualitas tidur yang buruk dengan hipertensi, kualitas tidur yang buruk dan rendahnya jumlah waktu tidur mempengaruhi dan mengganggu irama sirkadian tubuh yang secara tidak langsung menjadi penyebab peningkatan resiko terjadinya hipertensi.

Baca juga: Manfaat Swedish Massage untuk Pasien Hipertensi

Penting untuk diingat bahwa hubungan antara kualitas tidur dan tekanan darah bersifat kompleks, dan faktor-faktor lain seperti gaya hidup, genetika, dan kondisi kesehatan umumnya juga berkontribusi. Sementara itu, pemeliharaan kualitas tidur yang baik dapat menjadi bagian penting dari upaya untuk menjaga kesehatan jantung dan mengelola tekanan darah. Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang kualitas tidur Anda atau tekanan darah, konsultasikan dengan profesional kesehatan untuk evaluasi dan saran lebih lanjut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *