Kesehatan, Lifestyle

Bahaya Obesitas Bagi Kesehatan Sendi Lutut pada Lansia

bahaya obesitas

Bahaya obesitas dapat menyerang siapa pun termasuk pada lansia. Pada sendi lutut dapat terjadi gangguan yang dipengaruhi oleh faktor seperti obesitas, usia, genetik, trauma lutut, serta jenis kelamin. Obesitas merupakan salah satu faktor resiko utama pada lansia yang menyebabkan gangguan pada lututnya.  

Sendi lutut berperan untuk menopang berat badan sehingga tak jarang orang-orang mengeluhkan seperti rasa sakit dan kaku pada lututnya. Salah satu contoh penyakit lutut pada lansia yaitu osteo arthritis (OA) yang mana ada perubahan pada struktur sendi lutut yaitu pengikisan artikulasi kartilago sendi secara progresif. Adanya gangguan sendi lutut berakibat pada terbatasnya pergerakan saat beraktivitas disebut sebagai disabilitas lutut (Anggraini, dkk. 2014).  

Obesitas menjadi hal yang diperhatikan dalam kesehatan lutut pada lansia. Berat badan diatas normal serta obesitas akan meningkatkan beban pada sendi lutut yang berakibat menurunnya kerja dari sendi lutut. Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan kesehatan sendi lutut pada lansia, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Miftakuljanah dan Hartutik, 2018.  

Berat badan yang di atas normal atau berlebih akan mengakibatkan daya tahan sendi lutut menurut sehingga sendi lutut akan bekerja keras dalam menopang tubuh. Terjadinya penambahan beban inilah yang akan menyebabkan kerusakan tulang rawan dan sifat kompresibilitas sendiri akan menghilang.  

Pentingnya kesehatan sendi lutut khususnya pada lansia 

bahaya obesitas pada lansia

Menurut data pada Riskesdas, tahun 2013 gangguan muskuloskeletal degeneratif seperti radang sendi atau arthritis berada pada posisi kedua tersering yang terjadi pada lansia dengan persentase sebesar 45,9% terjadi pada usia 55-64 tahun, dan 51,9% terjadi pada usia 65-75 tahun, serta 54,8% terjadi pada usia diatas 75 tahun.  

Sendi lutut mempunyai peran yang penting di tubuh yaitu sebagai penopang dari berat tubuh, yang mana sendi lutut ini sering kali dikeluhkan oleh orang-orang terasa sakit atau pun kaku. Perubahan yang terjadi pada sendi lutut yang dibarengi dengan gangguan dari sistem muskuloskeletal degeneratif akan menyebabkan terganggunya peran dari sendi lutut serta jaringan yang ada disekitarnya.  

Gangguan sendi lutut dapat berakhir menjadi disabilitas lutut yang dapat terjadi karena kecacatan saat lahir, cedera, serta kemunduran fungsi fisik khususnya pada lutut. Badan Pusat Statistik, 2015 menyatakan bahwa persentase disabilitas yang terjadi pada anak usia 10 tahun ke atas sebanyak 8,56% dengan jenis disabilitas sulit untuk berjalan atau menaiki tangga berada pada posisi ke 2 tertinggi dengan persentase 3,76%.  

Hubungan gangguan sendi lutut dengan obesitas 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putu, dkk Fakultas Kedokteran Universitas Udayana tahun 2023 mendapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara obesitas dengan tingkat disabilitas lutut pada lansia di Kecamatan Kuta Utara.  

Pada fase penuaan, lansia akan mengalami beberapa penurunan fungsi fisiologis salah satunya terjadi penurunan kekuatan otot pada otot-otot sekitar sendi lutut. Lansia dengan obesitas mengalami peningkatan berat badan dikarenakan jumlah massa lemak lebih banyak dibandingkan dengan massa otot, hal inilah yang mengakibatkan beban pada sendi lutut akan meningkat.  

Berat badan yang meningkat yang dibarengi dengan penurunan dari kekuatan otot di area sendi lutut akan mengakibatkan tidak seimbangnya beban yang diterima oleh tubuh sehingga terjadi perubahan arah resultan gaya.  

Sisi medial dari lutut akan menerima lebih banyak resultan gaya, jika terjadi pada kondisi yang berat maka akan mengakibatkan perubahan morfologi dari sendi lutut menjadi cenderung varus. Hal ini akan mengakibatkan pengikisan kartilago lutut semakin cepat sehingga akan kehilangan sifat kompresibilitasnya yang menimbulkan fraktur pada jaringan kolagen.  

Kartilago sendi yang terkikis dan peradangan sistemik yang diakibatkan oleh obesitas akan menimbulkan perasaan gelisah seperti adanya rasa nyeri dan terbatasnya pergerakan individu tersebut. Nyeri dan terbatasnya pergerakan individu adalah satu tanda seseorang sedang mengalami gangguan dari sistem muskuloskeletal.  

Jika rasa nyeri dan pergerakan terbatas terus menerus terjadi, ini akan berakibat pada disabilitas lutut yang akan menjadi penghalang bagi lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Terdapat beberapa jenis disabilitas lutut yang akan dialami oleh lansia yaitu berjalan, berdiri, jongkok, naik turun tangga, serta bersimpuh.  

Massa tubuh yang meningkat memiliki konsekuensi pada berlebihnya beban pada sendi lutut. Hal ini akan mengakibatkan tekanan meningkat dan gerak menjadi terbatas pada sendi lutut hal ini menyebabkan resiko kecacatan pada penderita obesitas akan meningkat.  

Hasil penelitian tentang hubungan obesitas dengan sendi lutut pada lansia  

Survei yang telah dilakukan didapatkan sebanyak 96 orang lansia dengan obesitas. Setelah dilakukan seleksi terdapat 43 orang lansia yang memenuhi kriteria. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil ada hubungan yang signifikan antara obesitas dengan tingkat disabilitas lutut pada lansia.  

Namun, ditemukan pula hubungan yang tidak sejalan yang menunjukkan semakin tinggi nilai IMT (semakin buruk obesitas) maka akan semakin rendah nilai dari KOS-ADL (semakin buruk tingkat disabilitas lutut). Hal penelitian tersebut menyatakan bahwa semakin tinggi IMT makan akan semakin mempengaruhi buruknya disabilitas lutut dengan tingkat korelasi yang sangat kuat pada lansia.  

Hubungan gangguan sendi lutut dengan obesitas

Kesimpulan 

Bahaya obesitas dapat menyerang siapa pun termasuk pada lansia. Pada sendi lutut dapat terjadi gangguan yang dipengaruhi oleh faktor seperti obesitas, usia, genetik, trauma lutut, serta jenis kelamin. Obesitas menjadi hal yang diperhatikan dalam kesehatan lutut pada lansia.  

Menurut data pada Riskesdas, tahun 2013 gangguan muskuloskeletal degeneratif seperti radang sendi atau arthritis berada pada posisi kedua tersering yang terjadi pada lansia dengan persentase sebesar 45,9% terjadi pada usia 55-64 tahun, dan 51,9% terjadi pada usia 65-75 tahun, serta 54,8% terjadi pada usia diatas 75 tahun.   

Perubahan yang terjadi pada sendi lutut yang dibarengi dengan gangguan dari sistem muskuloskeletal degeneratif akan menyebabkan terganggunya peran dari sendi lutut serta jaringan yang ada disekitarnya. Gangguan sendi lutut dapat berakhir menjadi disabilitas lutut yang dapat terjadi karena kecacatan saat lahir, cedera, serta kemunduran fungsi fisik khususnya pada lutut. 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putu, dkk Fakultas Kedokteran Universitas Udayana tahun 2023 mendapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara obesitas dengan tingkat disabilitas lutut pada lansia di Kecamatan Kuta Utara. Lansia dengan obesitas mengalami peningkatan berat badan dikarenakan jumlah massa lemak lebih banyak dibandingkan dengan massa otot, hal inilah yang mengakibatkan beban pada sendi lutut akan meningkat.  

Hal ini akan mengakibatkan pengikisan kartilago lutut semakin cepat sehingga akan kehilangan sifat kompresibilitasnya yang menimbulkan fraktur pada jaringan kolagen. Massa tubuh yang meningkat memiliki konsekuensi pada berlebihnya beban pada sendi lutut. Setelah dilakukan seleksi terdapat 43 orang lansia yang memenuhi kriteria.  

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil ada hubungan yang signifikan antara obesitas dengan tingkat disabilitas lutut pada lansia. Sebelum terlambat, mari cegah obesitas karena bahayanya cukup besar untuk kesehatan, mari tingkatkan kualitas hidup yang lebih sehat untuk Anda dan keluarga tercinta bersama produk kesehatan unggulan dari Perfect Health 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *