Penyakit gastritis adalah suatu penyakit di Indonesia yang memiliki angkat kejadian yang tinggi. Hingga saat ini penyakit gastritis menjadi salah satu penyakit terbesar di Indonesia. Berdasarkan persentase kejadian gastritis di dunia menurut WHO, 2019 yaitu 69% di Afrika, Asia 51%, dan 78% di Amerika.
Kejadian gastritis di Asia Tenggara sendiri sekitar 583.635 dari jumlah seluruh penduduk di setiap tahunnya (Azer dan Akhondi, 2020). Data yang terjadi di Indonesia pada tahun 2018 telah masuk ke dalam 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap. Di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah mencapai 30.154 kasus dengan persentase 4,9% (Gustin, 2018).
Gastritis dapat menyerang berbagai kalangan. Penyakit gastritis terjadi peningkatan dalam 5-6 tahun belakangan ini dan dapat menyerang semua jenis kelamin. Hal ini terjadi karena pola makan yang buruk serta kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol.
Salah satu contoh gaya hidup yang buruk yakni mengkonsumsi makanan yang bisa memicu asam lambung meningkat. Seperti sambal, minuman yang asam, merokok, serta meminum alkohol sehingga hal inilah yang menyebabkan asam lambung meningkat (Iwan dan Udin, 2018).
Gastritis meningkat!
Menurut data dari Kemenkes RI, tahun 2015, persentase angkat kejadian penyakit gastritis di Indonesia mencapai 40,8%. Beberapa wilayah di Indonesia pun memiliki angka kejadian penyakit gastritis yang cukup tinggi dengan angkat 274.396 kasus (Anshari dan Suprayitno, 2019).
Rata-rata angka kematian yang tercatat sebesar 4.9% (Gustin, 2018). Apabila dibiarkan terus menerus gastritis akan berbahaya karena akan merusak fungsi lambung. Sehingga, hal ini akan meningkatkan risiko akan terkena kanker lambung, kanker perut, bahkan dapat menyebabkan kematian (Rahma, 2013).
Berdasarkan data Kemenkes RI, tahun 2016, di Jawa Barat angka kejadian gastritis mencapai persentase 31,2%. Data tersebut berada pada urutan ke 6 dalam 10 besar penyakit terbanyak dengan jumlah kasus sebesar 33.580 kasus serta 60,86% penyakit gastritis menyerang perempuan. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalesaran, dkk tahun 2019 bahwa peserta penelitian yang berjenis kelamin perempuan 77,74% menderita penyakit gastritis lebih banyak dibandingkan pria.
Penyebab gastritis yang sering diabaikan
Berdasarkan literature review beberapa penelitian oleh Suwindri, dkk tahun 2021 didapatkan bahwa ada 9 faktor penyebab penyakit gastritis. Yaitu, jenis makanan, konsumsi kopi, stres, konsumsi alkohol, dan merokok. Mari simak penjelasannya berikut!
Jenis makanan
Makanan yang dapat memberikan risiko terhadap gastritis ialah makanan yang memicu meningkatkan produksi asam lambung. Makanan yang dapat meningkatkan asam lambung seperti makanan pedas, santan, makanan asam, makanan instan, makanan dan minuman yang mengandung gas atau bersoda (Khafid, dkk. 2019).
Kebiasaan seseorang dalam konsumsi makanan yang pedas, makanan asam, atau makanan dan minuman yang bergas atau bersoda inilah yang akan memicu terjadinya penyakit gastritis (Smeltzer & Bare, 2013). Hal ini dapat terjadi karena selain makanan tersebut dapat memicu asam lambung meningkat, makanan tersebut juga dapat memproduksi hormon yang nanti akan merangsang produksi asam.
Dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa penyebab penyakit gastritis ini adalah kebiasaan konsumsi makanan yang kurang baik yang dapat mengiritasi lambung. Makanan yang dominan mengandung karbohidrat dan tinggi lemak merupakan salah satu contoh makanan yang tidak memiliki gizi yang seimbang.
Kopi
Kandungan kafein yang dimiliki oleh kopi inilah yang dapat menyebabkan asam lambung meningkat dan akhirnya menyebabkan penyakit gastritis.
Stres
Stres yang terjadi terus menerus mengakibatkan peningkatan produksi dari asam lambung. Produksi asam lambung akan meningkat dalam keadaan stres seperti cemas, diburu-buru, di bawah tekanan, atau takut. Meningkatkan asam lambung akan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman di lambung. Menurut Potter & Perry tahun 2009 menyatakan bahwa usia produktif atau usia muda merupakan usia yang rentan terkena keluhan gejala gastritis, hal ini terjadi karena pada usia tersebut setiap orang disibukkan dengan bekerja dan aktivitas yang mengakibatkan pola makan menjadi tidak teratur dan tidak sehat.
Selain pola makan, olahraga dapat menjadi cara untuk mencegah gejala stres yang bisa memicu gastritis. Jika Anda tidak punya banyak waktu untuk berolahraga di luar rumah, Perfect Run bisa menjadi sahabat setia Anda untuk dapat berolahraga rutin kapan saja.
Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan jelas dapat menimbulkan banyak akibat salah satunya pada pencernaan. Faktanya alkohol dapat merusak selaput lendir yang ada pada lambung sehingga menyebabkan peradangan atau pun perdarahan lambung.
Konsumsi alkohol ≥ 3 gelas dapat memicu gastritis yang mana dapat diartikan konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit dapat memicu peningkatan produksi asam lambung, tetapi apabila konsumsi dalam jumlah yang berlebih akan merusak mukosa dari lambung (Lestari, 2016).
Merokok
Merokok dengan frekuensi yang sering akan meningkatkan sekresi asam lambung yang menyebabkan gastritis bahkan tukak lambung. Saat keadaan normal lambung dapat bertahan terhadap keasaman cairan lambung karena zat-zat tertentu pada lambung.
Namun kebiasaan merokok, nikotin yang ada dirokok dapat mengacaukan zat tertentu terutama bikarbonat yang akan membantu dalam penurunan derajat keasaman lambung (Noor, 2011).
Pola makan
Berdasarkan telaah literature review oleh Suwindri, dkk tahun 2021 didapatkan bahwa terdapat hubungan antara frekuensi makan dengan kejadian penyakit gastritis. Jadwal makan yang sering tidak teratur, seperti tidak sarapan, terlambat waktu makan atau sering menunda-nunda waktu makan atau bahkan tidak makan sama sekali sehingga membuat perut menjadi kosong dalam waktu yang lama. Hal inilah yang berisiko bagi lambung dan dapat menyebabkan penyakit gastritis.
Menurut Li, et al. tahun 2017 menyatakan bahwa apabila seseorang telat dalam waktu makan 2-3 jam. Tetapi, pada saat tersebut diselingi dengan camilan atau makanan ringan maka produksi dari asam lambung dapat dikontrol dengan baik.
Makan yang tidak teratur 1,85 kali lebih berisiko terkena penyakit gastritis dibandingkan dengan yang makan teratur. Sedangkan untuk frekuensi makan, frekuensi makan yang tidak teratur 2,33 kali lebih berisiko dibanding orang yang mempunyai ketepatan waktu yang baik.
Kesimpulan
Saat ini penyakit gastritis menjadi salah satu penyakit terbesar di Indonesia, dapat menyerang berbagai kalangan. Terjadi peningkatan dalam 5-6 tahun belakangan ini dan dapat menyerang semua jenis kelamin, hal ini terjadi karena pola makan yang buruk serta kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. Beberapa wilayah di Indonesia pun memiliki angka kejadian penyakit gastritis yang cukup tinggi dengan angkat 274.396 kasus (Anshari dan Suprayitno, 2019).
Penyakit gastritis merupakan salah satu penyebab utama kematian di rumah sakit. Berdasarkan data Kemenkes RI, tahun 2016, di Jawa Barat angka kejadian gastritis mencapai persentase 31,2%. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Kalesaran, dkk tahun 2019 bahwa peserta penelitian yang berjenis kelamin perempuan 77,74% menderita penyakit gastritis lebih banyak dibandingkan pria.