Osteoporosis merupakan salah satu jenis gangguan kesehatan yang menyerang tulang. Kondisi ini terjadi karena kualitas kepadatan tulang mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan tulang menjadi keropos dan mudah patah, bahkan retak.
Apa sebenarnya yang menyebabkan seseorang terkena penyakit ini? Pada tahap awal, osteoporosis seringkali luput dari perhatian dan tidak terdeteksi. Masalah ini biasanya baru diketahui setelah ditemukan patah tulang pada tulang yang terjadi setelah korban terjatuh.
Osteoporosis adalah penyebab paling umum dari patah tulang di pergelangan tangan, tulang pinggul dan tulang belakang. Kabar buruknya adalah wanita dikatakan memiliki risiko hingga empat kali lipat terkena osteoporosis. Risiko penyakit ini meningkat pada wanita yang telah mengalami menopause. Meski begitu, nyatanya kondisi ini juga bisa dialami oleh pria, remaja putri bahkan anak-anak.
Klasifikasi Osteoporosis
Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, kondisi ini dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
Osteoporosis primer
Jenis ini terjadi pada wanita pascamenopause dan wanita atau pria yang lebih tua. Osteoporosis primer terjadi akibat penurunan hormon estrogen pada usia tua atau setelah menopause, yang memicu pengeroposan tulang.
Osteoporosis sekunder
Penyebab osteoporosis jenis ini adalah penyakit atau kelainan tertentu, akibat pembedahan atau pemberian obat-obatan.
Penyebab Osteoporosis
Terdapat beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya osteoporosis, yaitu:
Usia
Penuaan alami adalah salah satu penyebab osteoporosis. Seiring bertambahnya usia, kepadatan tulang menurun, sehingga meningkatkan risiko osteoporosis. Meski bisa terjadi pada siapa saja, risiko menderita penyakit ini lebih besar pada orang tua. Seiring bertambahnya usia, kepadatan tulang akan berkurang dan akan menjadi lebih lemah, keropos, dan mudah patah.
Perubahan hormon
Perubahan hormon yang terjadi pada tubuh merupakan salah satu penyebab terjadinya osteoporosis, terutama pada wanita. Padahal, kepadatan tulang dipengaruhi oleh perubahan hormonal dalam tubuh. Risiko osteoporosis meningkat pada wanita yang telah mengalami menopause, terutama menopause ini yang terjadi sebelum usia 45 tahun. Karena setelah seorang wanita menopause, terjadi penurunan hormon estrogen yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan tulang.
Gaya hidup
Kepadatan dan kesehatan tulang Anda juga dipengaruhi oleh gaya hidup Anda. Risiko penyakit ini meningkat pada orang yang terlalu banyak makan atau berolahraga. Waspadai jika gaya hidup ini merusak siklus menstruasi Anda.
Gaya hidup yang tidak sehat, bukan hanya akan mempengaruhi kesehatan dari tulang, tetapi juga dapat mempengaruhi kondisi tubuh Anda secara menyeluruh. Jadi pastikan Anda berolahraga dan melakukan aktivitas fisik yang cukup dan seimbangkan dengan mengonsumsi makanan sehat.
Kekurangan kalsium
Kurangnya asupan kalsium juga meningkatkan risiko osteoporosis. Tanpa kalsium, tubuh akan kesulitan membangun kembali sel-sel tulang yang baru. Untuk menjaga kesehatan tulang, manusia membutuhkan kadar kalsium yang stabil di dalam darah. Padahal, selain tulang, masih banyak organ lain yang juga bergantung pada kalsium, antara lain jantung, otot, dan saraf.
Kurang vitamin D
Tubuh membutuhkan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium dalam tubuh. Selain itu, tulang juga membutuhkan mineral jenis ini agar tetap sehat. Kekurangan vitamin D dalam tubuh dapat menyebabkan pengeroposan tulang.
Sinar matahari merupakan salah satu sumber vitamin D yang terbaik. Namun ingat, pastikan Anda memilih waktu yang tepat untuk berjemur, yaitu pagi hari sebelum jam 10 pagi WIB.
Faktor Resiko Osteoporosis
Ada banyak faktor risiko untuk kondisi ini. Ada yang bisa diedit dan ada yang tidak bisa diedit. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi:
Hormon seks
Kadar estrogen yang rendah terkait dengan siklus menstruasi yang tidak teratur, serta menopause, dapat menyebabkan osteoporosis pada wanita. Sedangkan pada pria, kadar testosteron yang rendah bisa menyebabkan penyakit tulang ini.
Anoreksia nervosa
Apabila tubuh tidak mendapatkan nutrisi yang seharusnya pada anoreksia nervosa. Akibatnya, tubuh mengalami kekurangan komponen yang membantu menjaga kepadatan tulang.
Defisiensi asupan tertentu
Kekurangan kalsium dan vitamin D dapat menyebabkan tulang rapuh.
Faktor resiko lain yang dapat dimodifikasi
Contohnya termasuk penggunaan obat-obatan tertentu, kurang aktivitas fisik, merokok dan penggunaan alkohol.
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi:
Jenis kelamin
Kondisi ini bisa dialami oleh siapa saja, namun wanita lebih rentan mengalami osteoporosis karena berbagai sebab. Misalnya, tulang wanita lebih kecil dari pria, dan wanita mengalami menopause saat memasuki usia tua.
Perubahan hormonal dalam tubuh wanita bertanggung jawab atas hal ini. Saat memasuki masa menopause, tubuh Anda mungkin mengalami penurunan jumlah estrogen. Padahal, hormon ini bisa memberikan perlindungan bagi kesehatan dan kepadatan tulang.
Saat hormon estrogen jelas menurun, kondisi ini bisa menyebabkan penurunan kepadatan tulang yang memicu keropos. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini meningkatkan risiko osteoporosis.
Riwayat keluarga
Memiliki kerabat dengan osteoporosis dapat meningkatkan risiko seseorang.
Pengobatan Osteoporosis
Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan osteoporosis secara tuntas. Oleh karena itu, penanganan kondisi ini akan difokuskan pada pencegahan patah tulang dan penguatan tulang. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan oleh penderita kondisi ini untuk mencegah patah tulang:
- Berolahraga secara teratur, seperti yoga untuk meningkatkan keseimbangan tubuh.
- Hindari memakai sepatu yang licin saat keluar rumah.
- Pasang rel dinding, bentangkan permadani, atau kenakan sandal khusus untuk mencegah jatuh saat berada di toilet.
Tidak hanya mencegah untuk terjadinya patah tulang, biasanya dokter juga akan memberikan penanganan yang bertujuan untuk menjaga kepadatan tulang, yaitu:
Bifosfonat
Obat ini paling sering diresepkan oleh dokter untuk pria dan wanita yang berisiko tinggi mengalami patah tulang.
Denosumab
Obat ini bertujuan untuk menghasilkan kepadatan tulang yang lebih baik serta mengurangi resiko terjadinya semua jenis patah tulang.
Terapi hormon
Setelah terjadinya menopause, sebaiknya segara untuk melakukan terapi estrogen guna membantu mempertahankan kepadatan tulang.
Obat pembentuk tulang
Orang dengan osteoporosis parah atau jika perawatan umum tidak bekerja dengan baik, dokter Anda mungkin akan meresepkan obat untuk memperkuat tulang Anda.
Pencegahan Osteoporosis
Ada banyak faktor risiko keropos tulang yang tidak dapat dikendalikan oleh pasien. Misalnya berjenis kelamin perempuan, lanjut usia, memasuki masa menopause dan memiliki riwayat keluarga osteoporosis. Namun, ada beberapa faktor yang dapat dikontrol pasien sejak dini.
Berdasarkan faktor risiko yang dapat dikontrol pasien, berikut adalah cara mencegah osteoporosis:
- Hormati jumlah kalsium dan vitamin D sesuai dengan kebutuhan harian yang dianjurkan.
- Berolahraga secara teratur. Beberapa jenis olah raga yang baik untuk mencegah pengeroposan tulang adalah jalan kaki, hiking, jogging, angkat beban dan menari.
- Berhenti merokok.
- Batasi konsumsi minuman beralkohol.
- Bagi wanita, penting untuk mempertimbangkan pro dan kontra terapi hormon.
Baca juga: Menjaga Kesehatan Lansia dengan Berolahraga, Apa Caranya?
Terapi Bifosfonat
Pengobatan lini pertama untuk osteoporosis adalah kelompok bifosfonat. Dalam pengobatan, bifosfonat harus dilengkapi dengan asupan kalsium dan vitamin D untuk mengoptimalkan mineralisasi osteoid setelah proses pembentukan tulang oleh sel osteoblastik. Kombinasinya dengan bifosfonat dapat meningkatkan kemanjuran.
Cara penggunaan bifosfonat oral membutuhkan aturan khusus karena malabsorpsinya jika digunakan secara tidak benar, yaitu ketika digunakan oleh pasien di rumah tanpa pengawasan tenaga kesehatan, tentu dapat meningkatkan risiko kesalahan dalam penggunaan obat golongan ini.
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko ketidakpatuhan terhadap pengobatan bifosfonat, antara lain memakan waktu lama untuk mengobatinya, keefektifannya yang tidak dapat dilihat atau dirasakan secara langsung, penyerapannya yang buruk ketika digunakan secara oral, dan penggunaannya yang perlu didukung dari konsumsi. kalsium dan vitamin D.
Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan DMT pada pasien osteoporosis dan osteopenia yang menjalani terapi bifosfonat dengan rentang pengukuran 6-18 bulan tanpa kontrol terkait kepatuhan terapi dan asupan nutrisi kalsium dan kalsium vitamin D.
Efektivitas Terapi Bifosfonat Bagi Penderita Osteoporosis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ema Pristi Yunita dkk tentang “Efikasi Terapi Bifosfonat pada Pasien Osteoporosis Primer dan Osteopenia Melalui Pemantauan Skor DMT” menunjukkan hasil perubahan skor DMT menunjukkan peningkatan signifikan pada tulang leher femoralis, segitiga Ward, dan g. trokanter setelah pengukuran skor DMT kedua 6 sampai 18 bulan terpisah pada terapi bifosfonat. Perubahan skor-T menunjukkan peningkatan yang signifikan pada bangsal dan tulang segitiga. trokanter, tetapi mengakibatkan keropos tulang yang signifikan pada tulang belakang L1 setelah pengukuran kedua selang waktu 6 sampai 18 bulan saat menjalani terapi bifosfonat.
Itulah penjelasan mengenai osteoporosis, jika Anda ingin mendapatkan informasi seputar kesehatan lainnya atau sedang mencari alat kesehatan, Anda dapat mengunjungi website Perfect Health dan instagram @id_perfecthealth.